Setelah lebih dari satu dekade menggenggam kekuasaan di tengah perang saudara brutal dan krisis kemanusiaan slot server thailand super gacor yang melanda Suriah, rezim Bashar al-Assad akhirnya tumbang. Peristiwa ini menjadi titik balik besar dalam sejarah politik Timur Tengah. Namun, di balik runtuhnya rezim yang selama ini dianggap simbol stabilitas otoriter di Suriah, pertanyaan besar muncul: siapa saja aktor utama yang paling diuntungkan dari tumbangnya Assad?
1. Kelompok Oposisi dalam Negeri
Kelompok oposisi Suriah, yang selama bertahun-tahun mengalami penindasan brutal, muncul sebagai salah satu pihak yang paling diuntungkan secara politik. Meski terpecah dalam berbagai faksi—baik sekuler maupun Islamis moderat—jatuhnya Assad membuka peluang bagi mereka untuk memainkan peran lebih besar dalam pemerintahan transisi. Dukungan dari masyarakat lokal yang lelah dengan perang dan krisis ekonomi memberi legitimasi baru kepada kelompok oposisi ini untuk mendesain masa depan Suriah yang lebih demokratis.
Namun, tantangan besar menanti. Perbedaan ideologi, kepentingan, dan latar belakang etnis bisa menjadi batu sandungan bagi konsolidasi kekuatan oposisi. Bila tidak dikelola dengan baik, potensi konflik internal bisa menggagalkan proses transisi politik dan mengulangi siklus kekerasan.
2. Turki: Pemain Regional dengan Kepentingan Strategis
Turki sejak lama memiliki peran besar dalam konflik Suriah, baik melalui dukungan kepada faksi oposisi maupun intervensi militer langsung di wilayah utara. Dengan tumbangnya Assad, Ankara mendapatkan peluang untuk memperluas pengaruh geopolitiknya di Suriah utara, khususnya di daerah-daerah perbatasan tempat etnis Kurdi memiliki kekuatan militer signifikan.
Bagi Presiden Recep Tayyip Erdoğan, perkembangan ini juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengalihkan perhatian publik dari persoalan domestik di Turki. Selain itu, peluang untuk memulangkan sebagian besar pengungsi Suriah yang kini berjumlah jutaan di Turki bisa menjadi nilai politik penting menjelang pemilu mendatang.
3. Amerika Serikat dan Sekutunya
AS dan negara-negara Barat telah lama menyerukan agar Assad lengser, terutama karena keterlibatannya dalam penggunaan senjata kimia dan pelanggaran HAM besar-besaran. Jatuhnya Assad dipandang sebagai kemenangan moral dan strategis bagi Washington, yang selama ini mendukung pasukan oposisi tertentu, terutama Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi milisi Kurdi.
Meski demikian, AS harus berhati-hati dalam menentukan langkah selanjutnya. Meninggalkan kekosongan kekuasaan bisa menciptakan ruang bagi kelompok ekstremis untuk kembali bangkit, sebagaimana yang terjadi pasca-penarikan pasukan AS dari Irak pada 2011. Oleh karena itu, stabilisasi pasca-Assad akan menjadi ujian kebijakan luar negeri AS di kawasan.
4. Iran dan Rusia: Pihak yang Kehilangan
Kedua negara ini telah menginvestasikan sumber daya militer, ekonomi, dan diplomatik yang besar demi mempertahankan kekuasaan Assad. Bagi Teheran, kejatuhan Assad berarti kehilangan jalur strategis ke Hizbullah di Lebanon dan berkurangnya pengaruhnya di kawasan Levant.
Rusia juga mengalami kerugian geopolitik. Pangkalan militer Rusia di Tartus dan Latakia bisa menjadi sasaran negosiasi dalam pemerintahan baru.
5. Kelompok-Kelompok Islam Radikal
Tumbangnya Assad juga membuka ruang bagi kebangkitan kembali kelompok ekstremis seperti Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) atau bahkan sisa-sisa ISIS. Meskipun sebagian besar kekuatan mereka telah melemah, kekosongan kekuasaan di wilayah tertentu bisa dimanfaatkan oleh kelompok ini untuk merekrut anggota baru dan menancapkan kembali pengaruhnya. Hal ini menjadi ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan Suriah dan kawasan secara luas.
6. Rakyat Suriah: Antara Harapan dan Ketidakpastian
Di atas segalanya, rakyat Suriah adalah pihak yang paling terdampak oleh kejatuhan rezim Assad. Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketakutan, pengungsian, dan penderitaan, banyak warga berharap akan hadirnya masa depan yang lebih damai dan adil. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa transisi pasca-diktator tidak selalu berjalan mulus. Ketegangan sektarian, fragmentasi wilayah, dan pengaruh asing bisa kembali memicu konflik.
Penutup
Tumbangnya rezim Bashar al-Assad menandai era baru dalam dinamika geopolitik Timur Tengah. Banyak pihak mencoba memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat pengaruhnya. Namun, pertarungan belum selesai. Masa depan Suriah akan sangat bergantung pada kemampuan semua aktor—baik domestik maupun internasional—untuk mengelola transisi ini secara inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.