Dalam menghadapi ketegangan geopolitik dengan Amerika Serikat, China mulai mengandalkan komoditas strategis yang memiliki nilai ekonomi dan militer tinggi. Salah satu yang kini jadi sorotan dunia adalah rare earth atau logam tanah jarang. Komoditas ini sangat penting dalam pembuatan berbagai teknologi canggih seperti mobil listrik, turbin angin, chip semikonduktor, hingga sistem persenjataan.
China, sebagai produsen dan eksportir logam tanah jarang terbesar di dunia, memanfaatkan posisinya untuk memperkuat ketahanan ekonominya. Negara itu mengendalikan lebih dari 60% pasokan global, sehingga memiliki pengaruh besar dalam rantai pasok industri teknologi global. Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing memperketat ekspor komoditas ini sebagai respons terhadap tekanan ekonomi dan sanksi dari AS.
Menariknya, Indonesia ternyata memiliki cadangan logam tanah jarang yang besar, terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Bangka Belitung. Namun, pemanfaatannya masih tergolong minim karena keterbatasan teknologi pemurnian dan regulasi yang belum optimal. Pemerintah Indonesia mulai mengambil langkah strategis untuk mengeksplorasi potensi ini sebagai sumber ekonomi baru sekaligus penguatan posisi dalam geopolitik global.
Dengan cadangan yang besar, Indonesia berpeluang menjadi pemain penting dalam industri logam tanah jarang dunia. Jika dikelola dengan bijak, komoditas ini dapat menjadi kunci dalam membangun kemandirian teknologi nasional dan mendukung transisi energi bersih.
China mungkin memimpin saat ini, tetapi Indonesia punya potensi besar untuk menyusul—asal mampu memadukan link medusa88 kebijakan yang tepat, investasi teknologi, dan keberlanjutan lingkungan dalam pengelolaannya.