chinaworld.org – Di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Iran, China menjadi salah satu negara yang paling mencermati perkembangan terbaru. Bukan hanya karena isu geopolitik, tetapi karena kepentingan ekonominya yang besar terhadap Iran. China adalah importir terbesar minyak mentah Iran saat ini, meski ada sanksi berat dari Amerika Serikat yang bertujuan untuk memutus pendanaan militer Iran.
Sekitar 90% dari ekspor minyak Iran mengalir ke China. Hubungan erat ini bukan hal baru, dan justru semakin menguat sejak sanksi AS diperluas pada tahun 2019. China mendapat harga diskon sekitar 8% dari harga pasar global karena keterbatasan pembeli lain bagi Iran.
Jalur Gelap Minyak Iran ke China
Minyak Iran tidak dikirim melalui jalur konvensional. Pengiriman dilakukan menggunakan “dark fleet”—kapal-kapal tua yang tidak terdaftar secara resmi dan sulit dilacak pemiliknya. Minyak biasanya dipindahkan di laut, dilabeli ulang seolah-olah berasal dari negara lain seperti Malaysia atau Oman, lalu masuk ke kilang kecil swasta di China, terutama di Provinsi Shandong.
Refineri-refineri kecil ini, yang dijuluki “teapot refineries,” berani mengambil risiko hukum karena harga minyak yang lebih murah. Mereka kini menyumbang sekitar seperlima dari kapasitas penyulingan minyak di China.
Hubungan Politik yang Tidak Simetris Tapi Erat
Hubungan China dan Iran tak selalu harmonis dalam aspek ideologi, namun dari sisi ekonomi dan politik, keduanya saling menguntungkan. Iran menjadi salah satu dari sedikit negara yang membebaskan visa untuk turis China. Bahkan sebelum ketegangan meningkat, ribuan warga China tinggal dan bekerja di Iran dalam sektor energi.
Namun, sejak serangan udara pertama Israel ke Iran pada awal bulan ini, China sudah mengevakuasi lebih dari 3.000 warganya dari negara tersebut.
Pengaruh China dalam Politik Regional
Meski China tidak memiliki kekuatan militer global seperti AS, Beijing punya pengaruh besar terhadap Iran. Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, bahkan menyebut bahwa China bisa menggunakan pengaruhnya untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz—jalur penting bagi pengiriman minyak dunia.
Selat Hormuz adalah titik krusial karena sebagian besar ekspor minyak Timur Tengah melewati jalur ini. Jika jalur ini terganggu, bukan hanya China, tapi seluruh dunia bisa merasakan dampaknya.
Alternatif China Jika Minyak Iran Terhenti
Sebenarnya China punya banyak opsi pengganti jika harus menghentikan impor dari Iran. Rusia, misalnya, kini menjadi pemasok terbesar bagi China setelah konflik Ukraina. Venezuela dan negara-negara Afrika Barat juga bisa jadi alternatif, meski dengan biaya yang jauh lebih mahal.
Sayangnya, jika perdagangan dengan Iran dihentikan, dampaknya justru lebih terasa di kalangan kilang swasta. Mereka bekerja dengan margin yang sangat tipis dan sangat bergantung pada harga murah minyak Iran.
Cadangan Minyak dan Strategi Jangka Panjang
China sudah lama menyadari pentingnya menjaga ketahanan energi. Selama setengah tahun terakhir, negara ini terus menimbun minyak dan kini memiliki sekitar 1,1 miliar barel cadangan. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik lebih dari 70 hari.
Dengan cadangan sebesar ini, China punya ruang untuk manuver jika situasi Timur Tengah makin kacau. Sementara itu, negara ini tetap menjaga posisinya sebagai mitra strategis Iran, baik dalam konteks ekonomi maupun politik regional.
China tampaknya akan terus memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonominya dan dinamika geopolitik yang berubah cepat di Timur Tengah.